- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 692
“Saya bisa mengenalkanmu pada seseorang kalau kamu cocok dengan mereka.” Tasya begitu antusias dengan
topik ini.
“Saya baik–baik saja. Kamu tidak perlu melakukan itu. Luna langsung melambaikan tangannya untuk menolak.
Tasya tidak memaksa karena Luna menolaknya. Saat itu, makanan pesanan mereka datang, jadi mereka
membicarakan hal lainnya. Tasya yakin kalau Luna bisa mengerti apa maksudnya tadi, meskipun dia tidak
membicarakannya secara terang–terangan.
Setelah selesai makan siang, mereka pun beranjak pergi. Luna mengeluarkan jas dan memberikannya pada Tasya.
“Ini jas milik Elan yang saya pakai kemarin. Apa perlu saya bantu membawakannya ke tempat cuci?”
“Tidak perlu sampai merepotkanmu. Saya akan melakukannya sendiri.” ujar Tasya sambil meraih jas itu dari
Luna.
Setelah mereka keluar dari restoran, mereka pun berpisah dan Tasya menunjuk pada sebuah mobil yang tidak jauh
dari sana. “Mobil saya ada di sana. Sampai jumpa lagi.”
“Sampai jumpa.” Luna melihat Tasya masuk ke dalam mobil, dimana ada seorang pengawal perempuan yang
duduk di kursi pengemudi. Lalu, mobil pun melaju pergi.
Ketika mobil itu menghilang dari pandangannya, barulah Luna bisa menghela napas lega. Tasya bukan wanita yang
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtbisa diajak main–main, karena dia tadi secara tidak langsung menyindir perbuatan Luna.
Sementara itu, Tasya mengeluarkan jas milik Elan dan berkata pad Adriana, “Jasnya kotor. Urus ini.”
“Baik, Bu.”
Tasya merasa sayang membuang jas bagus itu. Tapi, jas itu sudah tercemar bau wanita lain. Dia tidak mau
juga tidak akan membiarkan Elan memakainya.
menyimpannya da
Dia tidak akan berbaik hati kalau untuk urusan pernikahannya dan dia berharap Luna bisa bersikap semestinya dan
berhenti membuat ulah.
Sementara itu, Salsa sedang bersih–bersih di vila Arya.
Dia ada di vila sendirian. Meila sedang pergi berbelanja dan Arya ada urusan lain. Salsa mulai menata meja kerja
Arya, lalu membersihkan debu–debu di permukaan meja.
Matanya melihat sebuah tanda tangan yang familier saat dia sedang menata dokumen Arya di meja. Tanda tangan
yang ada di atas kertas itu menunjukkan keanggunan dari sifat si pemilik tanda tangan, dan sudah pasti itu adalah
tanda tangan Arya.
Salsa berjongkok di bawah meja untuk bersih–bersih. Saat itu, seseorang membuka pintu dan itu membuat Salsa
terkejut, jadi dia buru–buru berdiri.
Tiba–tiba, sebuah suara keras bergema di ruangan. Saat Salsa mencoba berdiri, kepalanya tidak sengaja
membentur meja.
Arya menatapnya dengan terbelalak dari pintu. Dia melihat Salsa memegang alat pembersih di tangannya,
sedangkan tangannya yang lain memegang keningnya.
“Apa yang kamu lakukan?” Arya hanya bisa bertanya seperti itu.
“Saya sedang membersihkan meja,” jawab Salsa lirih.
Melihat sikap Salsa, Arya berjalan mendekatinya dan memperhatikan keningnya. Ada sebuah benjolan di kening
yang terbentur meja.
“Kamu harus dikompres dengan air dingin.”
“Saya baik–baik saja.” Salsa tidak peduli dengan rasa sakitnya. Tapi, saat dia ingin melanjutkan tugas bersih-
bersihnya, Arya memeluk pinggangnya. Terkejut, Salsa melangkah mundur, tapi Arya menahannya dan
menyudutkannya ke meja.
“Kamu tidak sabar untuk membayar saya?” goda Arya sambil semakin mendekat.
Di hadapan Salsa ada sepasang mata berwarna hitam pekat dan dingin. Mata itu begitu jernih tapi juga penuh
dengan misteri. Hanya dengan menatap Arya saja, Salsa merasa tertekan.
Bibirnya sedikit terbuka tak percaya karena dia selalu mengira kalau laki–laki ini adalah orang yang dingin dan
canggung saat pertama kali Salsa bertemu dengannya. tapi, saat ini, Arya berdiri begitu dekat dengannya di siang
bolong.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“S–saya tidak memikirkan tentang membayar Anda…” ujar Salsa ragu–ragu.
“Kalau begitu, kamu harus melakukannya sesuai keinginan saya,” ujar Arya. Tiba–tiba saja keinginan untuk
mencium bibir Salsa muncul lagi dalam dirinya. Sejak dia tiba–tiba mencium Salsa saat di restoran kemarin, ingatan
itu terus menghantui pikirannya. Dia harus memastikan apa yang dia pikirkan, jadi dia harus merasakan manisnya
bibir Salsa yang lembut.
Tanpa ragu–ragu, Arya tidak buang–buang waktu lagi dan mencium bibir Salsa.
A–apa? Sikap Arya yang berani ini membuat pikiran Salsa seketika kosong.
Apakah dia baru saja mencium saya lagi?
Tubuhnya yang ramping terasa lembut dalam sentuhan Arya. Perasaan saat tubuh mereka saling bersentuhan di
dekat meja itu membuat tubuh Arya bergejolak, membuatnya merasa panas dan kalut. Ciuman itu berlangsung
cukup lama, karena Arya melakukannya lagi dan lagi, untuk membuktikan kalau dia benar.
Gairah memenuhi ruang kerja itu.
Sambil memejamkan matanya, Salsa membalas ciuman itu dengan penuh gairah. Awalnya Arya menciumnya
dengan kasar, lalu menciumnya dengan lembut. Dan Salsa terkejut saat tahu dirinya merasa bahagia karena sikap
Arya, seolah mereka saling jatuh cinta.
Akhirnya, Arya menghentikan ciumannya dan menjauh. Itu adalah tanda untuk Salsa agar dia segera pergi dari
sana. Tapi, gairah masih memenuhi ruangan itu, seolah menjadi sebuah pengingat bagi semua orang
kalau mereka baru saja bermesraan di sana.