- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 754
“Sungguh? Kalau begitu, saya akan mengundang Felly dan Maya. Oh ada juga asisten saya, Salsa.”
“Apakah dia perempuan yang selalu bersama Arya?” Elan mengingatnya.
“Ya! Saya rasa mereka berpacaran.” Tasya mengangguk,
Sambil mengambil ponselnya, Elan menelepon Arya untuk menanyakan kabarnya.
“Hai, Elan.” Arya mengangkat teleponnya.
“Di mana kamu? Apakah masih di negeri ini?”
“Ya. Bagaimana bila kita bertemu dan makan bersama?”
“Saya ingin mengundangmu untuk acara amal yang diadakan oleh perusahaan Jumat ini.”
“Oh, baiklah! Saya akan hadir, dengan rekan saya.”
Tak masalah. Sampai nanti.”
Elan menutup telepon dan memberitahu Tasya, “Arya akan hadir. Dia mungkin akan datang bersama Salsa.”
“Nah, apa kata saya! Sepertinya kita akan segera menerima undangan perkawinan!” Tasya berseru riang.
Di sisi lain, Elan mengenal keluarga Arya dan mengerti bahwa keluarga itu bukan hanya grup kaya-raya sejak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtbermigrasi dua ratus tahun lalu, tapi juga memperbesar pengaruhnya sambil tetap menjaga kerahasiaannya. Maka,
untuk seorang perempuan dengan latar belakang umum seperti Salsa, akan sulit baginya untuk menikah dan
masuk ke dalam keluarga kaya–raya itu.
“Ya. Saya harap kita akan segera menerima undangan pernikahan itu.” Ujar Elan sambil mengangguk.
Di sisi lain, Arya sedang menunggu Salsa untuk menjemputnya di hotel sambil berulangkali memeriksa jam
tangannya.
Sejak tidur di ranjangnya, balıkan kamar hotel bertipe presidensial tidak bisa memuaskannya lagi karena dia sangat
merindukan kenyamanan di rumah kecil itu.
Saat itu pukul 4:00 sore. Akhirnya dia menelepon Salsa, yang mengabarkan bahwa dia sedang dalam perjalanan
untuk menjemputnya.
Arya berdiri di sisi jendela dan tersenyum sambil menghitung menit. Apa yang luput dari perhatiannya adalah
bahwa jendela itu merefleksikan senyumnya yang kekanakkan.
Tiba–tiba saja, dia menerima pesan dari para tetua di keluarganya. Mereka bertanya kapan dirinya akan pulang
karena ada banyak hal penting menunggu keputusan darinya.
Secara bertahap, senyum di wajahnya sirna ketika matahari menyinari wajahnya, dan digantikan dengan ekspresi
serius.
Akhirnya, Arya mendengar bel pintu berbunyi dan cepat-cepat membuka pintu, dan terpana menemukan
seorang perempuan yang terengah–engah.
Tampaknya dia berlari ke sini, setelah menilai wajahnya yang memerah dan napasnya yang terengah–engah.
Apakah dia sedemikian rupa ingin bertemu dengan saya?
“Mengapa sampai kehabisan napas seperti itu?” Arya memegang tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam.
Salsa tidak ingin memberitahu Arya bahwa dia memang lari sejauh ini setelah memarkir mobilnya.
“Ayo kita pergi! Ibu sudah meninggalkan rumah.” Salsa memegang lengan Arya dan menambahkan, “Ayo kita
pulang.”
Tingkah lakunya membuat Arya tersenyum. “Baiklahl” Dengan lengan melingkar di tubuh Salsa, Arya berkata, “Ayo
kita pulang!”
“Ibu balikan membuatkan makanan untuk saya, jadi kita tak perlu repot berpikir akan makan apa malam ini.” Salsa
berkata sambil tertawa.
“Benarkah? Maka, saya harus mencoba masakan Nyonya Anindito.” Arya kemudian memberitahu Salsa, “Omong–
omong, akan ada acara yang diselenggarakan oleh Grup Prapanca Jumat ini. Saya berencana membawa kamu ikut
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmserta.”
“Hah?! Tetapi… Saya tidak punya pakaian yang pantas untuk acara seperti itu.”
“Jangan khawatir. Saya akan membantu:”
“Bukankah kamu sedang tak punya uang sekarang?” Salsa mengedipkan mata dan bertanya pada Arya.
Terhibur oleh pernyataannya, Arya berpikir, Apakah dia berpikir sempit sekali mengenai saya?
Pemandangan malam hari benar–benar menakjubkan saat Aiya mengendarai mobil dengan Salsa di sepanjang tepi
pantai. Berhenti di tempat terbuka, keduanya kemudian berjalan menuju jembatan kaca.
–
Salsa mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto laki–laki itu dari waktu ke waktu. Dari sudut mana pun dia
mengambilnya siluet, dari samping, atau bahkan dari bagian belakang kepala rasanya dia terlihat seperti model
laki–laki papan atas dalam sebuah majalah di mana setiap bingkainya tampak seperti dalam film dan bukan dunia
nyata.
Salsa tetap senang mengambil foto dirinya bersama Arya. Karena memiliki lengan yang panjang, Arya mengambil
ponsel itu dan memeluk Salsa yang pasrah dalam pelukannya sambil mengeluarkan atmosfir romantis.
Kini keduanya menjadi pasangan atas konsensus mereka sendiri, tidak memerlukan pengakuan besar karena yang
paling baik adalah selalu saling mendampingi.