- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 774
“Salsa, di mana Tuan Muda William?” tanya Tasya.
“Oh, dia pulang karena ada urusan keluarga,” jawab Salsa.
“Kalau begitu, apakah dia memberitahu kapan akan kembali?”
“Dia bilang setelah menyelesaikan urusan keluarganya.” Sorot mata Salsa penuh kerinduan.
Jantung Tasya berdebar mendengarnya. Saya yakin, dia sama sekali tidak mengetahui hal ini! Arya tidak pulang
untuk menyelesaikan urusan keluarga; dia pulang untuk menikah, dan hari pernikahannya Sabtu ini!
Cara Arya memutuskan hal ini benar-benar membuat Tasya marah. Bahkan, jika dia adalah teman baik Elan, tidak
dapat saya sangkal kalau dia memang seorang laki-laki brengsek karena sudah memainkan perasaan cinta Salsa
dan tidak bertanggung jawab atas hal ini.
“Maya, tunggu kami di dalam mobil. Ada urusan penting yang ingin saya bicarakan dengan Salsa.” Tasya
memutuskan mereka berdua harus bicara empat mata.
Sementara Maya menunggu di mobil, Tasya dan Salsa masuk ke sebuah kafe. Saat memesan, Tasya meminta
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpelayan untuk membawakan minuman untuk Maya dan sopir
Salsa, di sisi lain, merasa bingung karena Tasya tampak memiliki sesuatu yang penting yang harus diberitahukan
kepadanya. Apakah mungkin mengenai pengunduran dirinya?
“Tasya, apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan saya?” Salsa merasakan firasat buruk. Dia
seharusnya menjadi asisten Tasya, tetapi mengundurkan diri beberapa hari sebelum memulai bekerja pada posisi
itu.
“Salsa, bagaimana hubunganmu dengan Tuan Muda William?” tanya Tasya dengan serius.
Salsa tersenyum malu-malu menjawabnya. “Baik-baik saja.”
“Apakah kalian sudah sampai pada pembicaraan tentang pernikahan?” Tasya menekannya.
Mengingat janji yang dia katakan kepada orang tuanya, Salsa mengangguk. “Dia sudah bertemu dengan orang tua
saya, dan berkata akan menikahi saya. Saya bahagia karena kami bisa bersama-sama.”
Sekali lagi kesan Tasya terhadap Arya berubah. Dia sudah berjanji untuk menikahi Salsa? Lalu sebenarnya apa yang
dia lakukan, menikah dengan orang lain ketika pulang ke Elegan? Dia tidak mungkin berpikir untuk memiliki dua
keluarga dan dua istri, bukan?
Kemudian dia menatap Salsa yang duduk di seberangnya, yang tatapan matanya begitu polos. Perempuan muda
ini sama sekali tidak tahu kalau dia sudah dicampakkan!
“Salsa, apa yang akan saya katakan kepadamu mungkin akan sangat mengejutkanmu. Tolong berjanji kepada saya
untuk tetap tenang dan tidak histeris, oke?” Tasya memutuskan kalau Salsa harus tahu.
“Baiklah.” Salsa mengangguk.
“Hari ini, suami saya mendapat telepon dari keluarga Arya jam 4 sure tadi, mengundangnya untuk menghadiri
pernikahan Arya di Elegan Sabtu ini.”
Cangkir kopi di tangan Salsa terlepas dan jatuh dengan suara keras ke atas meja, bahkan kopi panas itu sempat
membakar tangannya, tetapi dia tidak merasakan apa-apa.
Terkejut, Tasya langsung mengambil kertas tisu untuk menahan agar kopi tidak tumpah lagi, dan meminta pelayan
untuk membersihkan meja.
“Tasya, benarkah?” Air mata karena terkejut sudah menggenang di mata Salsa saat dia mengangkat kepalanya
lagi.
Setelah memberikan tisu kepadanya, Tasya mengangguk membenarkan. “Benar. Saya kira kamu yang menjadi
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpengantin perempuannya, tetapi Elan sudah memastikan ternyata orang lain.”
Salsa mengerucutkan bibirnya dan air mata mengalir di pipinya seperti mutiara yang terlepas dari rantai yang
putus. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya di hadapan publik, tetapi rasanya seperti ada orang yang mengoyak-
oyak hatinya, membuatnya berdarah-darah hebat.
Bahkan kalaupun tidak pernah berpikir bahwa dia dan Arya akan menjalani masa depan bersama, mendengar dia
akan menikah begitu pulang ke rumah tetap tidak bisa diterima, sangat menyesakkan dadanya. Ternyata, dia tidak
sekuat yang dia kira.
“Salsa..” Tasya mengambil tisu dan menghampirinya, lalu menyerahkan tisu itu dengan lembut.
Tasya merasa bersalah, karena sebenarnya dia tahu pasti memberitahu Salsa hanya akan meremukkan hatinya.
Akan tetapi, dia juga tidak tega melihat Salsa tidak tahu apa-apa mengenai hal ini. Setidaknya, tentu lebih baik
baginya untuk keluar dari perpisahan yang buruk ini dengan cepat.
“Tasya, saya…” Salsa tercekat, bahkan tidak bisa bicara dengan jelas.
“Tidak apa-apa. Saya mengerti. Keluarkan saja uneg-unegmu. Saya ada di sini.” Tasya duduk di sofa di sebelahnya.
Hatinya ikut sakit, tetapi hanya itu yang bisa dia lakukan.
Air mata Salsa jatuh seperti air terjun yang tidak ada habisnya. Dia berusaha menerima kenyataan, tetapi justru
membuatnya tambah sakit. Dia tidak mengerti mengapa Arya meninggalkan surat itu untuknya dan mengapa
memberikan harapan sebesar itu kepadanya, mengatakan kalau dia hanya akan pergi sebentar.