- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 78
“Luar biasa!“ Jodi dengan senang hati mengangguk.
“Jodi, mungkin sebaiknya kita mengundang Om Nando saja. Bagaimana menurutmu?” Tasya menganggap bahwa
Nando adalah pilihan yang lebih baik.
“Nando baru saja mengambil alih perusahaannya, jadi dia tak akan punya waktu untuk menghadiri acara itu.”
“Biarkan aku bertanya padanya dulu dan melihat bagaimana tanggapannya.” Meskipun demikian, Tasya
menganggap kalau dia perlu menanyakannya pada Nando.
“Tidak, Bu! Fandi baru saja mendengar kalau Om Elan adalah papaku, jadi jika Om Nando yang hadir denganku,
penyamaran kita akan terbongkar.” Sergah Jodi tak setuju.
Setelah mendengar penjelasan putranya, Tasya merasa putus asa sambil merutuki Elan jauh di dalam hatinya
karena memberi tahu orang lain kalau dia adalah ayah Jodi. Mengapa orang ini sudah berbohong dengan
mengatakan kalau dia adalah ayahnya Jodi?
Elan pun tersenyum dan berkata, “Aku akan memainkan peranku dengan baik sebagai papamu.
“Aku sangat menantikannya.” Ucap Jodi sambil bertepuk tangan.
“Ayo, aku akan mentraktirmu makananan yang enak.” Elan kemudian membuka pintu mobil dan hendak
memasukkan bocah itu ke dalam mobilnya namun seketika saja Tasya datang dan meraih putranya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Tidak perlu, Pak Elan. Aku ingin memasak sendiri hidangan untuk malam ini.”
Setelah kembali ke pelukan ibunya, Jodi mendongak dan menatap Elan. “Om Elan, maukah kamu datang ke
rumahku dan mencoba masakan mamaku? Dia adalah juru masak yang sangat hebat…” Bocah itu hendak
mengacungkan jempol, tetapi dia sudah dihalangi oleh tangan ibunya.
Sambil menutupi mulut Jodi dengan tangannya, Tasya memandang pria itu dan menjawab, “Masakanku payah, jadi
kurasa aku tidak perlu mengundangmu.”
Elan tersenyum dan menjawab, “Aku tak keberatan.” Dia kemudian dengan rasa rasa kasihan mengalihkan
pandangannya ke anak yang saat itu mulutnya sedang ditutupi oleh tangan ibunya. “Berhenti melakukan hal seperti
itu pada Jodi.”
Saat itulah Tasya menyadari apa yang sedang dia lakukan dan dengan cepat menarik tangannya dari wajah Jodi.
Setelahnya, anak laki-laki itu pun tampak terengah-engah dan mengedipkan mata pada ibunya. “Mama, kenapa
kamu berbohong tentang masakanmu? Kamu memang pandai memasak.”
Setelah mendengar kata-kata Jodi, Tasya menatap dengan tak berdaya pada putranya, merasa agak kesal karena
bocah itu baru saja mengatakannya tepat di depan Elan karena sifatnya yang polos. Sayang! Kurasa aku memang
tak bisa menyalahkan anakku karena mengatakan yang sebenarnya. Lagipula, aku selalu mengajarinya untuk tidak
berbohong, dan aku juga cukup percaya diri dengan kemampuan memasakku.
“Om Elan, Mama akan membeli beberapa bahan untuk menyiapkan makan malam. Ikutlah dengan kami. Bocah itu
mendongak sesaat sebelum dia memasuki mobil tanpa memberi Tasya kesempatan untuk mengatakan tidak.
Meskipun demikian, Tasya segera menyadari bahwa dia mungkin harus mentraktir Elan untuk makan saat
mengingat kembali bantuan yang telah diberikan oleh Elan, serta kesediaannya untuk
membantu Jodi dengan menghadiri acara untuk orangtua dan anak itu. Oleh karenanya, dia hanya mengikuti Jodi
untuk masuk ke dalam mobil Elan, lalu pria itu mengantar mereka ke pusat perbelanjaan yang terdekat.
Kemudian, Tasya menyuruh putranya untuk menunggu di dalam mobil bersama pria itu sementara dia berbelanja
sebentar dan kembali lagi dengan tas yang penuh belanjaan yang berisi bahan-bahan yang cukup untuk membuat
hidangan makan malam sebelum mereka kembali ke apartemen Tasya.
Setibanya di sana, Tasya entah bagaimana merasa rumahnya terlalu kecil dengan keberadaan Elan di sekitarnya.
Bagaimana pun juga, dia selalu berpikir kalau unit apartemen dengan dua kamar dan ruang tamu itu sudah cukup
besar untuk dia dan putranya.
“Kamu bisa menemani Jodi sementara aku menyiapkan hidangan di dapur.” Dalam hati, keinginan Tasya satu
satunya adalah menyiapkan makan malam secepat mungkin sehingga Elan bisa segera pergi.
Sementara itu, Jodi menganggap kalau dia sudah cukup dewasa untuk mandiri tanpa perlu ditemani siapa pun, jadi
dia mengatakan pada Elan untuk membantu Tasya, “Om Elan, kenapa kamu tidak membantu mamaku di dapur?
Karena sekarang aku akan mengerjakan Pekerjaan Rumahku.”
“Baiklah, silakan kerjakan saja PR-mu!” seru Elan sambil menatap sosok mungil yang ada di dapur.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSegera setelah Jodi kembali ke dalam kamarnya untuk mengerjakan PR, Elan pun berjalan menuju ke dapur untuk
menawarkan bantuan pada Tasya, tetapi dia tidak menyadari kalau wanita itu sedang melangkah mendekati lemari
pendingin untuk mengambil sesuatu pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, keduanya berhadapan satu sama
lain di pintu masuk dapur tepat sebelum Tasya membenturkan kepalanya ke dada pria itu, tapi untungnya, Elan
cukup cepat melingkarkan lengannya di pinggang Tasya yang ramping dan menariknya ke dalam pelukannya.
Terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, Tasya ingin mundur tetapi
secara tidak sengaja dia tersandung di ambang pintu masuk dapur. Pada saat itu, reaksi spontannya adalah
memaksanya untuk meraih tangan pria itu tepat pada saat Elan sudah melingkarkan lengannya di pinggang Tasya
dengan lebih erat kali ini. Dengan demikian, Tasya baru menyadari kalau lengannya juga sudah melingkar erat di
pinggang berotot pria itu.
Detik berikutnya, Tasya segera membebaskan dirinya dan melangkah mundur dengan panik. Kemudian, dia
memarahi Elan dengan kesal dengan mengatakan, “Tak bisakah kamu duduk saja di sofa dengan tenang? Kamu
sudah membuat kekacauan di sini.”
Menghadapi omelan kejam dari wanita itu, Elan merasa kasihan pada dirinya sendiri, ia berpikir kalau niat baik dan
polosnya seharusnya bisa dibalas dengan sesuatu yang lebih baik daripada omelan kejam dari Tasya. Aku datang
untuk melihat apakah dia membutuhkan bantuan dan sudah dua kali aku menyelamatkannya saat hampir jatuh,
tetapi yang aku dapatkan hanyalah omelan kasarnya. Elan kemudian menyipitkan mata dan bertanya padanya,
“Apakah kamu butuh bantuan?”