- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 83
Elan menundukkan kepala dalam keterkejutan. Bagaimana bisa tubuhku langsung bereaksi seperti ini hanya karena
memikirkannya? Karena kini dia tahu akan hubungan cinta satu malamku dengan Helen lima tahun lalu, aku yakin
dia semakin membenciku.
Kemudian ponsel Elan berdering, dan ia memasukkan kata kunci ponselnya dan melihat pesan dari Tasya yang
berisi sebuah foto kaos berwarna kuning.
“Ini seragam untuk Hari Keluarga. Apakah kamu yakin akan datang?’
Kaosnya sederhana sekali. Aku yakin kamu bisa dengan mudah mendapatkan kaos pasaran ini, dengan pola dan
potongan yang sama, dengan beberapa puluh ribu rupiah saja.
‘Aku sudah berjanji dengan Jodi, jadi aku pasti akan datang.’ Elan cepat-cepat mengetik pesan balasan untuk Tasya.
‘Tetapi, ini tidak pas dengan citra dirimu, dan menurutku lebih baik kamu tidak turut serta dalam acara ini. Aku
akan mengabari guru pengurus dan menggantikan posisimu.’
Setelah membaca balasan dari Tasya dengan mata menyipit, Elan langsung membalas. ‘Aku pasti akan hadir di
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsana.’
Di waktu yang sama, Tasya mengetik pesan untuk Elan sambil berbaring di tempat tidur. Melihat bagaimana
bersikerasnya Elan untuk ikut serta meskipun sudah dicegah, Tasya pun menjawab hanya dengan satu kalimat.
‘Baiklah! Sampai berjumpa Jumat ini jam 2 siang.’
‘Pasti. Apakah Jodi sudah tidur?’ tanya Elan.
la sudah tidur
Kamu sedang apa sekarang?’
‘Aku sedang membalas pesanmu sambil berbaring di kasur’ Balasan Tasya muncul dengan cepat.
‘Tasya, bagaimana jika aku memberimu 20 trilyun untuk menikahi aku?” tanya Elan tiba-tiba.
Membaca pesan itu, pikiran Tasya tiba-tiba kosong. 20 trilyun untuk menikahinya? Haha! Apakah dia benar-benar
menganggap dapat melakukan apapun yang dia mau hanya karena kaya raya?
“Kalau kamu membutuhkan seorang perempuan silakan cari dan ajak Helen! Bahkan bila kesepian pun, aku tidak
akan mau menerima bekas Helen.’ la menolak Elan dengan sikap tegas dan keras.
Di dalam rumah besar itu, wajah Elan seketika menjadi muram karena suasana di sekitar sofa yang ia duduki
menjadi tegang. Apakah dia benar-benar sangat membenciku?
Elan menengadahkan kepalanya dengan kilatan tajam terpancar di matanya. Lihat saja nanti, Tasya. Aku yakin
kamu pasti akan terpincut oleh tindakanku suatu hari nanti. Bagaimanapun juga, kita masih memiliki banyak waktu
untuk bersama sepanjang sisa hidup!
Tak lama kemudian, ponsel Elan berdering. Saat mengetahui bahwa panggilan telepon itu dari
Helen, ia mengangkatnya dengan wajah menekuk. “Hei, Helen.”.
“Elan, aku takut… Bisakah kau datang menemaniku?” tanya Helen dengan suara mengiba untuk memancing sikap
protektif Elan terhadapnya.
“Aku akan meminta Nyonya Cokro ke sana untuk menemanimu.”
“Tidak… Aku ingin kamu yang datang … Elan, aku bermimpi tentang malam lima tahun lalu itu, dan aku sangat
merindukanmu… Aku ingin merasakannya kembali…” Helen terdengar bingung dan lemah.
Namun, Elan diam. Bagaimana ia bisa merindukan kejadian lima tahun lalu padahal aku sudah menyakitinya pada
malam itu?
“Helen, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memperlakukanmu malam itu? Seharusnya tindakanku itu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenjadi mimpi buruk bagimu,” tanya Elan dengan tenang.
Mendengar pernyataan itu, Helen merengek. “Aku memang ketakutan saat itu, tetapi… sekarang sudah tidak lagi
saat aku memikirkanmu, karena rasa sakit itu sudah berubah menjadi kebahagiaan.”
“Kamu harus berhenti memikirkannya. Aku tidak ingin kamu mengalami trauma,” ucap Elan.
“Baiklah, kalau begitu! Omong-omong, aku ingin berkunjung ke perusahaan dan makan siang denganmu besok.”
“Boleh saja,” jawab Elan. “Aku harus mandi sekarang.” Kemudian, ia menutup teleponnya.
Di sisi lain, Helen, yang sedang tinggal di rumah mewah di tengah kota, berkeringat dingin di seluruh keningnya.
Elan hampir saja mengetahui yang sebenarnya terjadi! Dari nada suaranya, aku yakin ia tahu seberapa kasarnya ia
menyiksa Tasya malam itu. Dia memang sudah gila, dan itu adalah pengalaman pertama Tasya, aku yakin ia begitu
te
a Tasya, aku yakin ia begitu tersiksa oleh seseorang seperti Elan.
Bagaimanapun juga, Helen merasa sangat ceinburu. Andai saja akulah yang berada di sana malam itu. Aku akan
bisa merasakan bagaimana perlakuan Elan saat ia bergairah luar biasa. Helen merasakan tubuhnya memanas saat
membayangkan tubuh kekar Elan.
Meskipun hanya untuk sekali, aku sangat ingin menjadi kekasihnya.