- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 88
Astaga! Rasanya aku ingin mengubur diri!
Meskipun mikropon sudah diberikan padanya, pikiran Tasya masih benar-benar kosong, lidahnya kelu, tak sanggup
bicara.
“Katakan saja, Ibu!” Saat itu, Jodi, yang berdiri di sebelahnya, menarik-narik celananya dengan tidak sabar.
Sesaat kemudian, Tasya tak punya pilihan lain kecuali berbicara dengan cepat, “Aku mencintaimu, suamiku.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, ia ingin meninggalkan panggung sesegera mungkin, tetapi suara kepala sekolah
itu terdengar kembali.
“Bagaimana bila sekarang ayah Jodi memeluk ibunda Jodi?”
Ketika Tasya tercengang, lengan Elan diam-diam melingkar ke pinggangnya sebelum Tasya melekatkan tubuhnya di
dada Elan sambil membaui aroma kelaki-lakiannya. Di sisi lain, para penonton mulai bertepuk tangan sebelum
akhirnya Tasya sadar kembali dan mendorong Elan.
Saat turun dari panggung, Jodi segera kembali ke tempat duduknya, sedangkan Elan kembali ke tempat duduk di
sebelah Tasya. Namun, Tasya tidak berani menatap Elan dan hanya ingin acara ini segera selesai.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtUntungnya, aktivitas berikutnya adalah acara keluarga antara anak-anak dari kelas lain dengan ibu mereka. Sekitar
pukul 4 sore, acara pemberian hadiah dimulai, dan Jodi pulang dengan bangga dan senang, membawa piala kaca
kecil. Akhirnya, Tasya bisa menghela napas lega ketika kepala sekolah mengumumkan acara telah berakhir. Ia
sudah tidak sabar untuk segera pulang bersama Jodi.
Saat mereka masuk ke mobil Elan, seluruh peserta memerhatikan bahwa Elan mengendarai mobil Rolls-Royce
Phantom seharga milyaran rupiah.
Ida
Di sisi lain, di dalam mobil, Jodi berseru, “Pak Prapanca, bapak sangat hebat hari ini!”
“Kamu pasti lelah! Kuajak kalian makan malam nanti ya,” Elan berbalik memberi tawaran.
Akan tetapi, Tasya menolaknya. “Tidak usah. Aku akan membawa Jodi pulang.”
“Ibu, seharusnya Pak Prapanca tidak perlu menawari kita, justru sebaliknya kita yang harus mengundangnya.
Bagaimana kalau kita makan malam di luar? Ibu yang menjamu.” Jodi sudah merencanakan semuanya.
Di sisi lain, Tasya tidak ingin terlihat pelit dan tidak tahu berterima kasih di depan Jodi. Selain itu, ia sadar bahwa
ucapan Jodi benar adanya, dan semestinya dia yang membalas budi baik Elan yang sudah ikut hadir pada acara
sekolah hari ini.
“Baiklah. Aku akan menjamu kalian makan, kalau begitu.” Tasya mengatakan itu kepada laki-laki yang sedang
mengemudi.
“Oke. Ke arah mana kita?”
“Kita pergi ke restoran yang menjual masakan lokal yang ada di bawah apartemenku!” Ia tidak ingin pergi jauh-
jauh karena masih harus memandikan Jodi setelah ini.
“Kami tinggal di sini,” Jodi memberi tahu Elan, saat berhenti di jalan di mana Tasya membeli tempat tinggal
barunya. Elan mengangguk ke arah bocah kecil itu.
Restoran itu menyajikan hidangan lokal, dan penjualannya pun terlihat baik. Setelah memilih meja dekat jendela
dan duduk, Tasya memesan beberapa jenis menu, dan tak lama kemudian makanan pun terhidang. Di saat
bersamaan, Jodi masih asik bermain-main dengan pialanya.
“Cobalah! Meskipun ini bukan restoran mewah, masakannya lumayan enak,” Tasya menawari laki-laki yang duduk
di depannya.
“Aku tidak pilih-pilih makanan.” Elan mengambil peralatan makan dan mulai menyantap, sedangkan Tasya
mengambil makanan untuk Jodi. Kalau dipandang oleh orang luar, mereka tampak seperti keluarga kecil
beranggotakan tiga orang. Tasya merasa lega Jodi bersekolah di taman kanak-kanak biasa, dan orang tua di sini
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmtidak memiliki lingkaran sosial yang luas, jadi Elan tidak dikenali.
Setelah selesai, ketika Tasya sedang membayar, Jodi berjalan-jalan tanpa memerhatikan sekelilingnya dan hampir
bertabrakan dengan pelayan yang sedang membawa piring berisi makanan.
“Jodi, hati-hati.” Elan langsung menarik Jodi ke belakangnya dan melindunginya sementara pelayan kaget dan
ketakutan sampai nampannya miring, dan berhasil ditangkap Elan.
“Maafkan saya. Maafkan …” Pelayan, yang masih magang ini, mulai tersedu panik karena kaget, lalu cepat-cerpat
membersihkan lengan Elan.
Ketika menyaksikan baju Elan kotor demi melindung Jodi, Tasya segera menghampiri untuk menenangkan pelayan
yang sedang menangis. “Tidak apa-apa. Lagipula kita tinggal dekat sini.”
Setelah meninggalkan restoran, Tasya tak punya pilihan lain kecuali mempersilakan Elan masuk ke rumahnya untuk
membersihkan diri.
“Untungnya, kaos yang kamu pakai di acara sekolah tadi masih ada di mobil. Kamu tidak berkeberatan mengganti
pakaian dan mengenakan kaos itu, bukan?” tanya Tasya pada Elan.
“Tentu saja. Aku akan mandi di tempatmu.” Jelas, seseorang yang sangat menjaga kebersihan diri seperti Elan tidak
mungkin mau pulang ke rumah dengan kaos bernoda. Setelah mengambil kaos dari mobil, Tasya pulang bersama
Jodi dan Elan.
Saat melihat tempat tinggal Tasya yang baru ini, Eian menyadari bahwa tempat ini lebih besar daripada apartemen
yang ditempati sebelumnya, dan juga lebih nyaman.