- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 89
Tasya menyadari bahwa Elan tidak membawa kabsnya saat masuk ke dalam kamar mandi. Saat Jodi kembali ke
kamarnya untuk bermain Lego, Tasya mulai merapikan ruang tamu sampai lupa waktu.
Ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka, secara naluriah Tasya berbalik dan melihat Elan, dengan rambut
basah, ke luar dengan hanya mengenakan celana panjang.
Di bawah berkas cahaya, postur tubuhnya yang gagah tampak jelas, memperlihatkan tulang belikat dan tulang
selangka, dan juga otot kekarnya. Karena Elan belum memakai ikat pinggang,
Tasya merasa terancam oleh kehadirannya seketika itu juga.
Namun, Tasya seperti terhipnotis karena ini pertama kalinya dia melihat tubuh laki-laki yang begitu sempurna.
Sebagai seorang yang perfeksionis, Tasya sangat ingin mencuri pandang sekilas pada Elan.
“Apakah sudah selesai menatapnya?” sakit tenggorokan yang dideritanya membuat suara Elan agak serak,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsedangkan wajah Tasya seketika merona merah sebelum cepat-cepat menundukkan kepala dan membersihkan
meja, berlagak sedang sibuk.
“Uhm… Kaosmu ada di atas sofa,” Tasya mengingatkannya.
Kemudian, Elan menuju sofa dengan langkah panjang dan memakai kaos kuning itu. Sesaat kemudian, tatapannya
jatuh pada pinggang Tasya yang ramping. Tiba-tiba, Elan merasa tidak rela membiarkan hari itu berlalu begitu saja.
Saat itu, Elan merasa lebih gugup karena usai mandi, sebelum melangkah masuk ke kamar Tasya, “Di mana
ponselku?”
Di waktu yang sama, Tasya terkejut. Walaupun tidak melihat ponsel Elan, Tasya yakin bahwa benda itu tidak ada di
kamarnya.
“Tidak ada di kamarku,” ucap Tasya dan bururburu mengikuti Elan ke kamar.
Ketika Elan sedang memeriksa sekeliling tempat tidur, Tasya sudah berada di sisinya sebelum diraih oleh lengan
Elan dan jatuh ke dada bidang laki-laki itu. Sedetik kemudian, dagu Tasya dipegang dan didorong untuk
menengadah, sementara Elan menundukkan kepalanya dan mencium Tasya, di luar kemauannya.
Setelah mencicipi aroma manis bibir Tasya, Elan merasa bergairah karena bibir lembut itu begitu membuatnya
ketagihan dan terus menginginkannya. Sejak kapan perempuan ini menjadi sangat karismatik sampai membuatku
bergairah hanya dengan satu ciuman?
Di sisi lain, Tasya kaget luar biasa. Sialan. Berani betul dia menjebakku masuk ke kamarku hanya untuk
menciptakan kesempatan untuk menciumku?!
Akan tetapi, kamar Jodi berada di sebelah, dan Tasya tidak ingin Jodi melihat pemandangan ini karena rumah ini
kecil, jadi dia hanya bisa mendorong Elan sekuat tenaga sambil menolak serangan ciuman darinya.
Sementara itu, Elan terkejut. Kenapa rasanya tidak asing? Terasa seperti kejadian di malam hari
lima tahun lalu. Aroma manis tak terlupakan, desahannya, dan cara dia mendorongku… semuanya terasa begitu
dikenalnya.
Tasya tahu Elan akan menjadi lebih posesif bila ia semakin kuat mendorongnya, karena hal itu justru memicu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdorongan dalam dirinya untuk mendominasi Tasya. Setelah itu, kaki seseorang terantuk pada kaki yang lain, dan
keduanya terjatuh ke atas tempat tidur.
Akhirnya, Tasya berhasil lepas dari dekapan Elan, lalu melotot tajam ke arah laki-laki di ranjang dengan penampilan
acak-acakan, sambil mengutuk, “Elan, brengsek kau!”
Di saat yang bersamaan, laki-laki di ranjang itu juga tertegun. Hanya sesaat lalu, ada dorongan kuat dalam dirinya
untuk memiliki dan mendominasinya. Elan merasa dirinya semakin gila gilaan, karena tidak mampu melakukannya.
“Aku ingin kamu meninggalkan rumahku sekarang juga. Kamu tidak diterima lagi di sini.” Tasya meliriknya sambil
menggosok-gosok bibirnya dengan marah, memperlihatkan rasa jijiknya.
Sementara itu, Elan menundukkan pandangannya sebelum kekusutan melintas di wajahnya.
Setelah ke luar kamar, Elan hanya diam dan segera berlalu setelah mengambil kunci mobil dan ponselnya yang ada
di sofa, sementara Tasya duduk di sofa dengan tangan menekan dahi. Pokoknya aku tidak akan mengizinkan
serigala itu masuk ke dalam rumahku selama-lamanya. Laki-laki ini sangat berbahaya, aku tidak akan pernah lagi
membiarkannya masuk.