- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 968
Raditya mengangguk. “Ketika saya berusia satu tahun, ayah meninggal dunia dan ibu menikah lagi.”
Anita bersimpati padanya sambil memerhatikannya. Dia terlahir dari keluarga yang harmonis dan orang tuanya
menyiraminya dengan kasih sayang dan cinta yang tiada henti. Apabila membandingkan dirinya dengan Raditya,
hatinya berdenyut mendengar cerita masa lalunya.
“Maaf. Seharusnya saya tidak bertanya.” Dia menyesal karena khawatir malah akan mengingatkannya pada
kenangan pahit.
“Kamu harus mencari tahu lebih dalam sebelum menjadi istri saya,” ucapnya dengan serius.
Terperanjat dengan kata–katanya dia berpikir, Kenapa tiba–tiba saya menjadi istrimu? Kita bahkan belum
berkencan!
“Sudah hentikan.” Anita menggit bibirnya dan menatap keluar jendela dengan pipi memerah. Sekarang Ani dan
pertunangannya sudah batal, kekhawatiran di kepala Anita hilang, tetapi dia juga tidak bisa bertindak
sembrono.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Hanya masalah waktu sebelum itu semua terjadi.” Raditya sangat yakin sambil meliriknya dengan penuh percaya
diri.
Di sisi lain, Anita tidak membalasnya karena tidak tahu harus bagaimana. Saat itu, dia memarkir mobilnya. dekat
taman yang ramai. “Ayo, kita jalan–jalan.”
Anita mengangguk dan turun dari mobil. Tidak seperti di pegunungan, di tengah kota ini udara cukup hangat.
Meskipun sudah masuk awal musim hujan, suhunya tidak begitu rendah dan masih terasa suasana akhir musim
kemarau.
Setelah Anita maju dua langkah, laki–laki itu menggandeng tangannya sementara dia berusaha menepisnya.
Namun, usahanya tentu saja sia–sia karena laki–laki itu terlalu kuat, maka akhirnya menyerah dan membiarkan dia
menggandengnya. Setiap kali ada kerumunan orang, dia bahkan melingkarkan lengannya pada bahu seperti yang
dilakukan banyak pasangan.
“Mau minum sesuatu?” tanyanya.
Kebetulan dia melihat sebuah kedai kopi. “Saya ingin kopi seduh. Mari kita minum sambil jalan–jalan.”
“Akan saya ambilkan untukmu.” Lalu dia melepaskan tangannya.
Bibir Anita mengerucut membentuk garis tipis saat berusaha menahan senyum sambil mengangguk–angguk. Dia
menyaksikan tubuh laki–laki yang tegap berjalan ke kedai kopi; baju rajut ketat dan celana hitam membentuk garis
yang jelas dari bahunya yang bidang dan pinggangnya yang ramping di bawah sinar lampu
taman!
Jantungnya berdebar–debar melihat pemandangan yang begitu menyenangkan seakan dia telah kembali ke saat
pertama kali jatuh cinta padanya di markas dulu.
Tak lama, Raditya mendekatinya dengan membawa dua gelas kopi dan Anita mengambil salah satu gelas. Berjalan–
jalan di taman dengan kopi enak dan hangat di awal musim hujan adalah sebuah kesenangan yang
Mereka berdua saling diam sambil mengelilingi taman; suasana di sekitar mereka semakin terasa nyaman.
Tak lama kemudian, Raditya berbicara, “Kakek ingin bertemu denganmu.”
Anita menatapnya terkejut. “Apakah kamu bercerita padanya tentang kita?”
“Saya tidak mengatakan padanya bahwa perempuan itu adalah kamu. Saya hanya mengatakan bahwa saya
memiliki seseorang yang saya sukai dan dia ingin saya membawanya untuk bertemu dengannya sesegera
mungkin.” Raditya menatapnya dengan sorot mata penuh kehangatan.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Ta–tapi saya belum menjernihkan pikiran. Kita bicarakan nanti saja.” Dia teringat saat makan malam dan juga
percakapan antara Henida dan Darwanti. Itu bukti kalau Henida masih kesal dengan pembatalan pernikahan ini.
Selain itu, ucapan ibunya menunjukkan kalau lebih baik dia menjauhi laki–laki ini sejak sekarang. Kalau tidak,
Darwanti akan menjadi lelucon bagi yang lain.
Terlintas kilatan di matanya dan dia menghela napas. “Baiklah. Kita bicarakan hal ini lain waktu. Lagipula kita tidak
buru–buru akan menikah.”
Sekarang, Anita yang menjadi bingung. Rasanya dia berkata bahwa betapa inginnya dia segera menikahi saya,
tetapi mengapa baru saja dia berkata tidak perlu tergesa–gesa?
Faktanya, Raditya tidak bisa berterus terang pada Anita bahwa dia mendapat tugas baru, yang berisiko
mempertaruhkan nyawanya. Oleh karena itu, dia tidak dapat menjamin kepulangannya dengan selamat.
Saat Anita hendak bertanya lagi, Raditya melingkarkan lengannya di bahunya. “Ayo kitapulang. Anginnya kencang.”
Firasatnya mengatakan bahwa Raditya memiliki sesuatu dalam pikirannya, tetapi tak berniat untuk menceritakan
padanya.
Apakah dia tengah menyembunyikan sesuatu dari saya?
Saat memasuki mobil, ada seseorang dalam kendaraan terdekat tengah mengarahkan kamera pada mereka.
Wajah Anita tersimpan dalam sekian banyak foto.