- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 971
“Kamu sedang melepaskan pakaian?” Anita tidak tahan untuk menyuarakan rasa ingin tahunya.
Raditya bersenandung genit lalu bertanya, “Mau melihat?”
“Lihat apa?” Anita tidak mengerti.
“Kita bisa melakukan panggilan video, jadi kamu bisa melihat tubuh saya.” Tawarnya dengan senang hati.
Napasnya menjadi sedikit berat. “Raditya Laksmana, hentikan.”
Ke mana perginya sikapnya yang dingin dan tenang itu?
Dia tertawa. “Oke, saya mau masuk ke kamar mandi sekarang. Lain kali akan saya perlihatkan padamu.”
Sebenarnya, Anita bisa membayangkan tubuhnya dengan jelas tanpa harus melihatnya. Bukan berarti dia tidak
pernah mengintip beberapa kali saat di markas itu.
“Baiklah. Jangan tidur malam–malam. Selamat malam.” Anita kemudian menutup teleponnya lalu menjatuhkan diri
di atas kasur. Perutnya bergejolak dengan perasaan campur aduk bersamaan dengan rasa bersalahnya terhadap
Ani. Meskipun pertunangan sudah dibatalkan, dia belum bisa melupakan.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtPagi harinya, Anita bangun dan memilih mantel yang terlihat modis dan feminin untuk pergi ke kantor dengan
Darwanti.
Hari ini, Darwanti akan mengumumkan kabar kalau Anita akan mengambil alih posisinya di dalam rapat pemegang
saham. Kalau dipikir–pikir, Anita mengubah perilaku sehari–harinya dengan kesungguhan.
Selama rapat, semua orang memperlakukannya dengan sopan sambil menutupi keraguan dalam tatapan mereka.
Bagaimanapun juga, Anita masih terlalu muda di mata mereka.
Perusahaan bernilai trilyunan itu diserahkan begitu saja kepada perempuan berumur dua puluh lima tahun; satu
kesalahan signifikan saat pengambilan keputusan dapat membuat kerugian besar,
Meskipun begitu, pendapat mereka tidak luput dari perhatian Anita. Terlepas dari tekanan yang ada, Anita sangat
percaya diri; walaupun muda belia, dia memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan berkembang.
Saat rapat akan berakhir, dia melirik jam; sudah pukul 11:18. Dia melihat ke arah Darwanti, yang masih berbicara
dan merasa gelisah karena tidak sabar akan makan siang bersama Raditya.
“Oke. Anita, silákan sampaikan sepatah dua patalı kata.” Darwanti melirik ke arah Anita.
Anita bangkit dari tempat duduknya dan tersenyum pada para pemegang saham yang duduk di sepanjang meja
panjang. “Saya sangat senang sekali bisa berada di sini, dan adalah sebuah kehormatan bagi saya untuk dapat
menggantikan posisi ibu saya. Ke depannya, saya harap kalian bisa menamh kepercayaan pada saya, mendukung
saya dan juga mengakui kemampuan saya. Terima kasih.”
Darwanti memandangi putrinya dengan rasa bangga. Dia juga sadar akan sikap ragu para pemegang saham
terhadap pengalihan posisi pada Anita, tetapi pasti akan membantunya dari balik layar untuk menguatkan
nosisinva
“Kalau begitu rapat hari ini cukup sampai di sini. Terima kasih.”
Anita menghela napas lega. Ketika dia bangkit dari tempat duduknya, Darwanti memanggilnya, “Anita, ayo kita
makan siang bersama di suatu tempat.”
“Tetapi saya sudah ada rencana dengan teman saya.”
“Kalau begitu, tidak apa–apa.” Darwanti mengangguk setuju, karena putrinya sedang memperluas lingkaran
sosialnya.
Anita kemudian keluar dari pintu masuk dan melihat mobil SUV hitam sudah terparkir di seberang jalan. Mirip
dengan binatang buas yang kuat, kendaraan besar dan hitam itu sama hebat dengan pemiliknya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia menyapukan pandangannya dari kiri ke kanan sebelum mendekati bangku penumpang dan masuk ke dalam
mobil.
Laki–laki, yang duduk di bangku pengemudi, menyaksikan setiap ekspresi gadis itu dan kekaguman tersimpan di
matanya. Perilaku Anita terlihat begitu menggemaskan baginya.
Setelah duduk di bangku penumpang, Anita menghembuskan napas lega sebelum menoleh ke laki–laki yang
mengenakan switer hitam. Sepertinya dia sangat menyukai switer hitam seperti ini yang sangat pas dengan
tubuhnya, sehingga menonjolkan ketampanannya dan citra apik seorang laki–laki gagah dan kokoh. Anita tergila–
gila dengan selera fesyennya.
“Apakah saya sudah membuatmu menunggu?” Anita merapikan rambutnya ke samping dan tersenyum padanya.
“Saya tiba belum terlalu lama.” Raditya mengulurkan tangannya ke bangku belakang untuk mengambil buket
bunga untuknya. “Ini untukmu.”
Tepat ketika itu Anita tercengang beberapa detik. Saya tidak tahu sisi ini darinya. Bunga mawar! Saya kira kata
‘romantis‘ tidak pernah ada dalam kamusnya!
Dengan wajah manis, dia menerima bunga cantik yang membangkitkan suasana hatinya.
“Apakah kamu memilihnya sendiri?” Dia mengendus bunga itu sambil bertanya padanya.