- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 985
1%
10 mutiara
Di taman, Henida dan Anita akhirnya dapat berbincang berdua. Henida menghela napas sebelum bicara, “Ani
sudah bilang pada Bibi tentang kamu dan Raditya. Mengenai pertunangan mereka sebelumnya, Bibi harap kamu
tidak keberatan. Yang mereka lakukan hanya makan–makan biasa, itu saja. Jadi, Bibi dengan tulus berharap
hubunganmu dengan Raditya berjalan baik.”
Anita tercengang mendengar penuturan Henida.
Dia sudah bersiap menerima pertanyaan bibinya, tetapi tidak menyangka bibinya justru menenangkan dan
meyakinkan dirinya. Ini hal terakhir yang dia bayangkan.
“Saya sama sekali tidak keberatan, Bibi Henida. Saya senang Ani mengenalkannya pada saya.”
“Sepertinya kamu sangat menyukai Raditya. Luar biasa. Kakekmu selalu ingin untuk dapat bersatu dengan
Keluarga Laksmana suatu hari nanti melalui pernikahan yang direstui. Sekarang semua sudah sempurna! Raditya
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtadalah anak yang luar biasa, maka pergunakan kesempatan emas ini dengan baik. Oh iya, apakah kamu sudah
bertemu dengan laki–laki yang dibawa Ani? Dia salah satu teman kelasnya dan Bibi rasa dia terlihat sempurna
dinilai dari penampilannya. Yang lebih penting adalah dia adalah laki–laki yang disukai Ani,” ucap Henida.
“Bibi Henida benar. Yang terpenting adalah kebahagiaan Ani.” Anita mengangguk.
“Baiklah, ayo kita masuk!” Henida melangkah ke pintu masuk setelah selesai bicara.
Namun, Anita masih berdiri di sana, yang kemudian menghela napas lega. Langit sore hari ini berwarna merah
lembayung. Walaupun sudah masuk musim hujan, dia kagum dengan pemandangannya.
Saat itu, suara mesin mobil terdengar secara tak terduga dan membuatnya terkejut. Siapa lagi yang datang?
Saat masih heran dan bertanya–tanya, Anita melihat sebuah mobil berwarna hitam yang tidak asing sedang
mendekat lalu dia memalingkan pandangannya. Kenapa mobil Raditya bisa ada di sini?!Dia juga ke sini?
Jantung Anita mulai berdegup kencang. Pintu mobil pun terbuka memperlihatkan sosok tinggi dan tampan turun
dari bangku pengemudi–tidak lain sosok itu adalah Raditya.
Dia melihat Anita di taman lalu melesatkan tatapan dalam ke arahnya. Saat pandangan mereka beitemu, dia
membalas dengan senyum malu–malu. Kemudian dia membuka pintu belakang dan membantu seorang laki- laki
tua turun dari dalam.
Melihat
begitu ber itu, Anita terkejut. Ini pasti kakek Raditya! Sementara itu, laki–laki tua yang terlibat
begitu bermartabat dan lembut itu ikut menoleh ke arahnya.
Dengan begitu, Anita buru–buru bergegas mengambil inisiatif untuk menyapa Panji, “Halo, Tuan Besar Laksmana.”
Laki–laki tua itu memandanginya, lalu mengangguk dengan puas sambil berkata, “Kamu pasti Anita!”
“Benar, saya Anita.”
Dia menyadari kalau Anita terlihat lebih ramah daripada Ani dan sosoknya agak lebih pendiam. Oleh karena
“Tidak buruk sama sekali,” ucap Panji dengan sukacita. Dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena
tidak lagi harus memaksakan perjodohan untuk cucunya. Akhirnya dia bertemu dengan gadis yang disukainya dan
hanya itu yang diperlukan.
“Tuan Besar Laksmana, mari saya bantu.” Anita mendekat untuk membantunya.
“Tidak, tidak perlu. Kalian berdua mengobrol sajalah. Kakek bisa masuk ke dalam sendiri.” Panji memberi isyarat
dengan tangannya. Dia berjalan dengan tegap meskipun usianya sudah tua dan Kediaman Maldino adalah tempat
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmyang sering dikunjungi sehingga tidak akan tersesat.
Setelah menyaksikan kakek masuk ke dalam rumah, Anita menatap Raditya dengan kesal lalu mengeluh, “Kenapa
kamu tidak memberitahu saya akan datang ke sini?”
“Kami baru saja mendapat telepon dari kakekmu sekitar satu jam yang lalu. Saya juga ingin memberi kejutan
untukmu.” Raditya tersenyum sembari membuka jaketnya untuk kemudian memeluk Anita, merasa angin malam
berhembus sedikit kencang. “Ayo kita masuk! Kita tentu tidak ingin terkena flu karena angin malam
ini.”
Anita melingkarkan tangannya ke pinggang Raditya dan tenggelam ke dalam pelukannya. Jantungnya berdebar
saat mencium aroma tubuhnya yang maskulin, membangkitkan perasaan tertentu dalam dirinya.
Kapan kita akan melangkah ke jenjang selanjutnya? Anita bertanya–tanya dalam pikirannya.
Karena telah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya bersama laki–laki ini, Anita merasa cukup masuk akal
untuk menyediakan lebih banyak waktu dengannya dengan melangkah ke tahap berikutnya. Dia datang begitu
terlambat ke dalam kehidupan saya, maka saya rasa saya tidak mementingkan diri sendiri karena ingin mengisi
waktu bersamanya, bukan?
Dengan enggan Anita melepas tangannya sebelum melangkah masuk ke ruang tamu bersama Raditya.