- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 18 Kau adalah Istriku
Pulang ke rumah?
Vivin berhenti meronta dan matanya terbelalak kaget, namun tak lama kemudian
kesedihannya mulai mengalir.
Rumah Aku tak punya rumah lagi….
Meski dia tinggal bersama Finno, dia tidak pernah maengakui vilanya sebagai rumah
aslinya. Baginya, itu hanya atap di atas kepalanya ketika tidak punya tempat lain untuk
pergi. Namun itu bukan rumahnya.
Ini pertama kalinya. Vivin merasakan kehangatan bermekaran di hatinya bak musim semi
pertama usai musim dingin yang panjang. Matanya yang mengamati wajah Finno tiba tiba
terkejut saat dia membalas tatapannya dengan tenang.
Mereka menikah secara tiba-tiba. Namun melihat Finno, wanita itu berpikir memiliki
seseorang di sisinya bukanlah ide buruk.
Wajahnya santai dan akhirnya dia menyerah, lalu melingkarkan lengannya di leher Finno.
Sekarang mata Finno berkilauan dengan gembira. Alisnya melengkung membentuk
senyuman dan dia bergerak menuju mobil dengan bangga.
Tidak lama setelah mereka masuk, mobil melaju, menjauh dari Area Rumah Mewah
Yasawirya.
Saat Bentley hitam mulai menghilang dari pandangan, bayangan yang mengintai muncul
dari sudut gelap di sepanjang jalan yang kosong.
Di bawah lampu jalan yang sepi, Fabian berdiri melihat pasangan itu pergi.
Setelah Vivin meninggalkan keluarga Martha, Fabian tidak mengejarnya, dan itu
membuatnya gelisah. Dia mengkhawatirkan keselamatannya karena hari mulai gelap.
Fabian beralasan. sekenanya dan segera pamit seusai Vivin pergi.
Dia melihatnya berjalan dengan susah payah dalam kegelapan tetapi dia tidak bisa
mengantarnya. pulang setelah semua yang terjadi antara mereka. Jadi Fabian
memutuskan untuk mengawasinya dari jauh sampai pria di kursi roda itu muncul.
Meski Fabian tidak dapat melihat pria itu dengan jelas di kejauhan, dia langsung tahu
bahwa itu Finno ketika melihat mobilnya dan kursi rodanya yang ikonik.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTinjunya mengepal erat hingga kulit pucatnya memerah.
Kenapa? Kenapa harus dia? Vivin, kau sudah menikah, kenapa kau harus berhubungan
dengan pria ini?
Kemarahannya membara saat dia menggigit bibirnya.
1/4
“Bian?”
Sebuah suara lembut bergema dengan hati-hati dari belakang.
Fabian berbalik ke arah suara itu dan mendekat dengan waspada. Itu adalah Alin.
“Alin, kau di sini. Dia berjalan ke arahnya, lalu memegang tangannya yang dingin. Dia
mencoba. menghangatkannya dengan menggosokkan ke tangannya. “Kau harus pakai
baju yang tebal. Ayo
pergi.”
“Aku khawatir, jadi aku datang memeriksamu,” kata Alin lembut saat Fabian memeluknya.
Tapi suaranya yang bergetar mengkhianatinya.
Alin telah melihat semuanya. Dia melihat seseorang mengangkat Vivin, dia juga melihat
kebencian dan kemarahan di mata Fabian.
Vivin Willardi, kenapa Fabian tidak bisa melupakanmu?Aku sudah mengambil alih
posisimu, tapi kenapa dia masih peduli denganmu?
Dia menggigit bibirnya, kecemburuannya membuat wajahnya memucat.
Vivin, sebaiknya kau menjauhi Bian. Ingat, aku masih memegang kartumu. Aku bisa saja
membuatmu kehilangan segalanya hanya dalam semalam!
Sesampainya di rumah, tubuh Vivin sudah menggigil tak terkendali. Dia terlalu lama
berada di luar dengan cuaca yang dingin, itu membuat sakitnya semakin parah.
Dia berlari ke kamar mandi dan mandi air panas untuk menghangatkan dirinya. Ketika dia
keluar, Finno sudah selesai mandi dan mengeringkan rambutnya.
Ketika Finno melihatnya, dia segera mematikan pengering rambut dan mengacak-acak
rambutnya. “Keringkan rambutmu,” katanya, melambaikan pengering rambut itu
padanya.
“Tidak apa-apa. Nanti kering sendiri.” jawab Vivin, melambaikan tangannya dengan acuh.
Hari ini begitu panjang, dia sudah lelah.
Dia juga masih harus mencuci baju. Tapi ketika akan pergi, Finno mencengkeram
pergelangan tangannya dan menariknya kembali.
“Kau kedinginan. Akan semakin parah kalau kau tidak mengeringkan rambutmu.” Tanpa
menunggu dia setuju, Finno menariknya dengan tarikan kuat dan mendudukkannya di
kursi di depan meja rias. Finno memposisikan kursi rodanya tepat di belakangnya dan
segera menyalakan pengering rambut.
Vivin duduk di kursi sembari mencuri pandangan dari cermin. Sedangkan Finno mengacak-
acak rambutnya dengan lembut sementara tangan satunya memegang pengering rambut.
Helaian rambut yang menggelitiki wajahnya membuat wanita itu bersin.
2/4
“Nah, sudah kuberitahu, kan? Kau makin kedinginan. Jangan kayak anak kecil, sekarang
mulai jaga dirimu.”
Kata-katanya membawa kembali kenangan indah.
Sudah lama tidak ada yang mengomelinya seperti itu.
Saat emosi membanjiri dirinya, anak anak sungai mulai mengalir di pelupuk matanya.
Astaga, kenapa aku menangis karena orang-orang bodoh itu? Bahkan, mereka bukan
keluargaku. Vivin mengedip-kedipkan matanya saat dia melihat wajah Finno yang terpahat
dan menawan sedang mengeringkan rambutnya. “Finno, bolehkah aku bertanya?” Vivin
tiba tiba melontarkan pertanyaan tanpa pikir panjang.
“Apa itu?”
Karena sudah terlambat jika ingin memperbaiki situasinya, Vivin hanya bisa menggigit
bibir, lalu melanjutkan bicara, “Apa kau membenciku kalau aku melakukan sesuatu yang
memalukan? Tapi ini hanya pengandaian saja.”
Alis Finno berkedut saat mendengar suaranya yang malu-malu ditengah suara berisik
pengering rambut. Dia memiringkan kepalanya dan menatap Vivin di cermin.
Kulitnya pucat, matanya berlarian tanpa arah melewati kosmetik di atas meja rias. Finno
tahu, Vivin cemas menunggu jawaban namun juga takut mendengarnya.
Finno tahu betul apa yang dia maksud. Karna dia sudah mencari tahu latarbelakangnya,
namun dia memilih untuk tidak membahasnya. Finno tidak akan pernah mengungkitnya,
sampai dia siap untuk terbuka padanya.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmPikirannya berpacu cepat saat dia memikirkan jawabannya, diam-diam bibirnya
melengkung membentuk senyum. Apa artinya dia akhirnya terbuka padaku?
“Aku tidak peduli apa yang kau lakukan di masa lalu. Kau tetap istriku, dan tidak akan ada
yang mengubahnya,” kata Finno perlahan tapi pasti.
Aku tidak peduli apa yang kau lakukan di masa lalu. Kau tetap istriku, dan tidak akan ada
yang mengubahnya.
Kata-kata itu keluar dengan mudahnya. Tetapi bagi Vivin, itu sangat berarti baginya.
Dia menunduk seperti anak yang baru saja melakukan kesalahan, tatapannya terkunci
pada jari- jarinya yang gelisah. “Terima kasih, Finno.” Suaranya serak saat
mengucapkannya.
Terima kasih, kau selalu mengulurkan tanganmu saat harapan-harapanku telah pupus.
Terima kasih, kau selalu ada saat aku sangat membutuhkanmu. Terima kasih, kau mau
menjadi rumah ketika tak ada lagi tempat ku untuk pulang.
Kata-katanya yang meyakinkan menggema di benaknya, dia menghela nafas lega. Dia
akhirnya bisa tidur nyenyak setelah hari yang panjang. Setelah Finno selesai
mengeringkan rambutnya, Vivin langsung pergi tidur dan terlelap.
3/4
Finno duduk di sudut tempat tidur setelah tahu dia tidur nyenyak.
Dia merenungi semua yang telah terjadi. Tanpa dia sadari banyak hal yang berubah, ada
sesuatu yang membuatnya cemas. Dia tidak bisa menjelaskan sensasi terbakar
dirasakannya saat melihat Vivin tidak berdaya dan sendirian di area Rumah Mewah
Yasawirya. Rasa itu bagai duri tajam yang menusuki hatinya, dan membuatnya teramat
sakit.
Ada apa denganku?
Vivin, wanita yang dinikahi hanya untuk membungkam kakeknya itu, sekarang begitu
berarti baginya. Kalau bukan begitu, dia pasti tidak peduli padanya.
Finno mengetuk-ngetukkan jarinya dengan putus asa saat dia mencoba memahami
perasaan. yang sebenarnya. Akhirnya, dia meraih ponsel dan menelepon Noah.
“Noah, aku ingin kau melakukan sesuatu. Kumpulkan semua info tentang masa lalu Vivin.
Aku ingin yang detail kali ini.” Suara perintahnya serius dan apatis menggema di ruangan
yang