- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 22 Wanita itu Milik Finno
Pak Normando?
Vivin membuka matanya untuk melihat sosok yang dikenalnya di kursi roda.
Matanya langsung terbelalak. “F.Finno?”
Apa aku mimpi?
Finno mengamati dari ujung kepala hingga ujung kakinya, memandangi wajahnya yang
memerah, matanya yang berbinar, dan pakaian yang memeluk lekuk tubuh indahnya.
Kecantikannya membuatnya kesal.
Siapa yang bekerja dengan pakaian seperti itu? Tidak heran jika banyak orang mesum
tertarik padanya!
Finno mengabaikan Vivin, tatapan tajamnya melesat ke Pak Hendra.
Awalnya Pak Hendra hendak menampar Vivin. Namun tiba-tiba Finno muncul entah dari
mana dan dengan sigap menghentikan tangannya.
Finno memang terikat kursi roda, tetapi itu sama sekali tidak menghalanginya, Badannya
yang tinggi membuatnya terlihat seperti orang sehat.
Finno adalah tokoh terkemuka di industri majalah, tak heran jika Pak Hendra langsung
mengenalinya. Lemak di pipinya bergetar saat terkejut melihat Finno, senyuman terpaksa
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmuncul di bibirnya. “Pak. Normando? S-sedang apa Anda di sini?”
Tatapan Finno lebih dingin daripada es, namun Pak Hendra berkeringat seakan dia berdiri
di bawah teriknya matahari.
Setelah Finno menghalau tangan pria tua itu ke arah samping, segera dia menyeka
tangannya dengan tisu. Dia meludah dan memperlihatkan betapa jijik dirinya, “Enyahlah!”
Pria itu linglung karena mabuk, jadi dia bergegas pergi.
Fabian berjalan keluar dari restoran dengan pikiran yang masih terbayang kejadian di
koridor. Ponselnya yang tiba-tiba berdering menyadarkannya dari lamunan.
“Hei! Fabian! Anda ingin membunuhku?” Pak Hendra berteriak begitu Fabian
menjawabnya.
“Hah?” Jawab Fabian bagai orang tertangkap basah.
“Kenapa Anda tidak memberitahuku kalau Vivin punya hubungan dengan Pimpinan
Perusahaan Finnor?” Pak Hendra menuntut.
1/3
“Apa?”
“Apa maksudmu ‘apa? Finno Normando datang tepat sebelum aku mendapatkan
keinginanku! Kenapa Anda tidak memberitahuku tentangnya? Kalau aku tau, aku pasti
menghindar dari wanita
itu!”
Mendengarnya, Fabian mematung.
Finno di sini?Sejak kapan dia datang?
“Hei’ Fabian! Halo?”
Pak Hendra terus menggonggong padanya, tetapi dia tak punya kesabaran untuk
mendengarkannya.
Dia tidak menunjukkan identitas aslinya sebagai cucu keluarga Normando, jadi wajar saja
jika dia sering dimarahi orang-orang bawahan seperti Pak Hendra.
Setelah tersadar dari tatapan kosongnya, dia segera mengeluarkan ponselnya lagi dan
menelepon
Vivin.
Terdengar suara khas menelepon yang panjang, namun tak lama kemudian ada suara pria
yang menyambut.
“Halo?”
Jantung Fabian berdetak kencang, seketika itu dia akhiri teleponnya tanpa ragu sedetik
pun.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDia menatap ponselnya cukup lama sebelum tertawa terbahak-bahak.
Aku mengenali suaranya!Ini kan Finno? Jangan bilang itu benar…Mereka tinggal bersama?
Fabian hampir menangis karena tertawa. Nama kontaknya di teleponnya itu tiba-tiba
terasa seperti jarum yang menusuki matanya.
Oh… Vivin… Apa salahku? Kenapa kau membuatku menderita? Kau sudah menikah, tapi
kenapa masih mengincar pria lain? Dan kenapa harus Finno?
Di sisi lain, Finno meletakkan ponsel Vivin perlahan dengan tatapan kosong.
“Siapa?” Tanyanya lemah, dia sudah setengah tidur karena alkohol. Dan Finno
membantunya mengangkat telepon, karena melihatnya begitu mabuk.
“Hanya spam,” jawabnya.
“Oh…”jawab Vivin sambil memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut.
“Kepalamu sakit?” Finno bertanya dengan lembut karena tahu dia kesakitan.
“Ya.” ucap vivin. Ketika sepasang tangan mendarat di pelipisnya, Vivin terkesiap
2/3
“Bagaimana?” Finno bertanya sambil mengusap pelipisnya dengan lembut.
Jari-jarinya terasa dingin di kulitnya yang terbakar, dan membuat jantungnya berdegup
kencang selama beberapa saat
Dia bergeser menjauh. “T-Terima kasih. Aku sudah enakan.”
Namun, Finno segera menariknya. “Jangan bergerak!” perintahnya dengan dingin.