- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Vivin mengerjap kaget, saat pemahaman muncul di benaknya tentang betapa Sarah
berusaha keras mendandani dirinya. Orang yang akan mereka wawancarai sore ini adalah
presiden Grup Finnor. Di Kota Metro, Grup Finnor mirip seperti legenda. Tiga tahun lalu,
perusahaan itu tiba-tiba muncul entah dari mana. Dengan cepat, mereka berhasil
memajukan diri mereka di industri keuangan, menggunakan metode yang sangat agresif.
Dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, mereka berhasil menjadi salah satu pemimpin
keuangan Kota Metro, seolah-olah setara dengan tiga keluarga besar di kota itu. Namun,
yang lebih menarik perhatian semua orang, adalah presiden perusahaan itu. Bahkan saat
ini pun, tak ada yang tahu siapa namanya, atau bagaimana penampilannya. Seluruh
identitasnya merupakan sebuah misteri, fakta yang hanya menambah daya tariknya. Tak
ada contoh yang lebih baik untuk digunakan, selain Sarah, yang secara khusus
meluangkan waktu untuk berdandan, ketika dia tahu mereka akan mewawancarai
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpresiden yang sulit ditemui. Kegembiraan berkilauan di mata Vivin saat dia menggoda,
“Sarah, apakah kau yakin ingin meninggalkan kesan yang baik padanya? Apakah kau tidak
khawatir, mungkin saja presiden itu orang tua yang botak? “Huft! Aku tak percaya itu!”
Sarah menghentakkan kakinya kesal. “Rumor mengatakan bahwa dia seharusnya sangat
muda!” Berbanding terbalik dengan ekspresi Sarah yang penuh harapan, Jenny benar-
benar serius ketika dia menyatakan, “Wawancara ini adalah kesempatan sekali seumur
hidup, jadi kita harus sepenuhnya siap untuk itu. Ini adalah pertama kalinya sang presiden
benar-benar menerima wawancara media. Penjualan kita pasti akan mencapai titik
tertinggi sepanjang masa jika kita berhasil mendapatkan fotonya.” Vivin mengangguk
setuju. Memang benar bahwa presiden Grup Finnor tak pernah sekalipun menerima
wawancara sebelumnya. Ketika Majalah Glamour pertama kali mengirim undangan, dia
awalnya menolak, seperti biasa. Entah kenapa, ada telepon masuk kemarin, yang
mengatakan bahwa dia telah menyetujuinya. Tak perlu dikatakan, kabar baik yang tiba-
tiba itu mengejutkan para pemimpin redaksi. Setelah menelusuri isi wawancara untuk
terakhir kalinya, Vivin, Sarah, dan Jenny menuju ke Grup Finnor dengan seorang
fotografer. Grup Finnor terletak di distrik keuangan Kota Metro. Mereka menyapa
resepsionis di lantai satu, menyebutkan alasan kunjungan mereka. Kemudian, mereka naik
lift sampai ke lantai paling atas. “Apakah kalian dari Majalah Glamour?” Seorang sekretaris
datang untuk menyambut mereka begitu mereka keluar dari lift. “Tuan Normando sudah
menunggu kalian di dalam.” Sambil mengatakan itu, dia membawa mereka ke kantor
presiden. Vivin berhenti sejenak ketika dia mendengar kata-kata sekretaris itu. Tuan
Normando? Siapa yang menyangka bahwa presiden Grup Finnor akan memiliki nama
keluarga yang sama dengan suami baruku? Tepat sebelum mereka masuk, Sarah yang
gugup menarik lengan baju Vivin, berbisik, “Apakah rambutku baik-baik saja? Berantakan
nggak? Oh, harusnya nggak berantakan dong…” Sambil terkekeh pelan, Vivin bergumam
sebagai balasan, “Kau baik-baik saja. Tak ada sehelai rambut pun yang tidak pada
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmtempatnya. Itu-” Pada saat itu, ia kebetulan melirik ke dalam kantor saat ia berbicara.
Setelah melihat sosok di dekat jendela, dia tertegun kaget dan terdiam. Segala pikiran
berkaitan dengan meyakinkan Sarah seketika lenyap. Saat itu, tatapan Sarah mendarat
pada pria itu juga. Tak lama kemudian, dia melupakan segala tentang penampilannya.
Keterkejutan terlihat jelas dalam suaranya saat dia bergumam, “Ya Tuhan, presiden Grup
Finnor… Dia sebenarnya duduk di kursi roda?” Sebelum Vivin bisa mengatakan apa-apa,
kursi roda itu perlahan berputar menghadap mereka. Sarah terkesiap. “Wah! Di-dia sangat
tampan! Dia lebih tampan dari seorang selebriti!” Fakta bahwa dia duduk di kursi roda
benar-benar tak terpengaruh dibandingkan daya tariknya. Karena itu, Sarah tidak bisa
menahan gumam kekagumannya. Vivin tidak mendengar sepatah kata pun yang Sarah
ucapkan. Perhatiannya terfokus pada pria itu juga, tetapi untuk alasan yang sepenuhnya
berbeda dari rekannya. Pada saat itu, otaknya terasa seperti berhenti berputar, saat dia
menatap pria itu, sepenuhnya tercengang. Sinar cahaya yang masuk dari jendela telah
membuat sudut tajam wajah pria itu dalam bayang-bayang, sementara bola matanya
yang gelap tampak sedingin biasanya. Itu Finno. Presiden Grup Finnor adalah Finno?