- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 124 Membiarkan Eva Meninggal
Jena mulai menceritakan kejadian tersebut. “Pada waktu itu, Finno adalah seorang mahasiswa baru di kampusnya. Sebenarnya,
keluarga Normando berencana untuk mengirimnya kuliah ke luar negeri, tapi dia memutuskan untuk tetap tinggal di negara ini
demi pacarnya. Jika aku tidak. salah, namanya adalah Eva...”
“Eva Mahesa.” Vivin berseru.
Jena agak kaget. “Kamu tahu tentang gadis itu? Benar sekali! Namanya adalah Eva Mahesa. Mereka adalah pasangan yang
serasi, dan aku rasa mereka adalah cinta pertama bagi satu sama. lain. Karena itulah, Finno memutuskan untuk tetap tinggal di
sini demi dia.”
Vivin tiba-tiba teringat dengan foto yang ada di laci Fabian yaitu foto mereka berdua yang tersenyum ceria di masa mudanya.
Mereka pastinya saling mencintai satu sama lain.... seperti halnya aku dan Fabian dulu....
“Di tahun pertama mereka kuliah, Finno dan Eva menyingkirkan para penjaga untuk bersenang- senang di sebuah kota kecil.
Kota itu adalah lokasi dimana mereka diculik,”
“Mereka?” Vivin menyela Jena, “Maksudmu bukan hanya Finno yang diculik, tapi juga Eva?”
kalau hanya Finno yang jadi korban. Tidak ada seorangpun yang tahu tentang gadis malang itu sebenarnya juga telah menjadi
korban.”
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya?”
“Para penculik meminta tebusan yang sangat besar. Tuan besar Normando membayar tebusan itu untuk menyelamatkan
cucunya. Bagaimanapun juga, mungkin Finno dan Eva pastinya sudah melihat wajah para pelaku, akhirnya para penculik itu
memutuskan untuk membunuh mereka. Para penculik lalu mengurung keduanya disebuah gudang dan mulai menyalakan api.”
Vivin mulai tegang. “Jadi Eva dibakar hidup-hidup? Hanya Finno yang berhasil kabur?”
“Sepertinya begitu.” Untuk beberapa alasan, wajah Jena menjadi muram. “Tapi menurut laporan kriminal yang disimpan oleh
pihak kepolisian, aku menemukan bahwa Finno dan Eva diikat oleh para penculik. Finno berhasil membebaskan diri dan kabur
dari gudang yang terbakar meskipun kakinya terluka. Bagaimanapun juga, ketika tubuh Eva ditemukan, dia telah ditinggalkan di
dalam gudang, dengan seluruh badannya yang terikat.”
Wajah Vivin menjadi pucat. “Maksudmu...”
“Ya,” Jena menekankan suaranya, “Jujur saja, Finno sudah meninggalkan gadis itu di gudang yang terbakar demi
menyelamatkan dirinya sendiri.”
“Tidak...” Vivin sontak berkata, “Finno bukanlah orang yang egois... Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu...”
Finno adalah orang yang ramah dan
1/2
menyenangkan. Dia bukanlah seorang pria yang akan tega membiarkan pacarnya meninggal
sendirian.
Sesuai dengan dugaannya Vivin membela Finno, Jena melihatnya dan mendesah. “Vin, kamu tahu kan mereka para keturunan
darah biru itu lebih takut untuk mati daripada kita yang hanya rakyat biasa. Hal itu normal baginya untuk meninggalkan pacarnya
karena dia sudah terluka, jangan bilang kalau dia masih muda ketika insiden itu terjadi.”
Vivin terdiam sambil menggigit bibirnya.
“Ini semua yang aku ketahui karena keluarga Normando melarang media untuk menyelidiki kasus tersebut. Aku tidak pernah
bermaksud untuk menceritakan hal ini padamu, tapi aku rasa semua itu tidak penting lagi karena kamu sudah menikah dengan
Finno. Aku mungkin terlalu berlebihan. Tapi jujur aku pikir seorang pria yang bahkan tidak mencoba untuk menyelamatkan
pacarnya dari kematian tidaklah pantas untuk kamu percayai.” Jena menggenggam tangan Vivin sambil melanjutkan, “Kamu
adalah wanita baik-baik, dan aku tidak ingin kamu terluka. Jangan berharap terlalu tinggi pada Finno, atau kamu mungkin akan
kecewa nantinya. Kamu hanya dapat mengandalkan dirimu sendiri.”
Vivin mengerti bahwa nasihat dari Jena memang tulus dari hatinya, tapi ia masih segan untuk menyalahkan Finno. Ia lalu
tersenyum dan berkata, “Jena, terima kasih kamu sudah menceritakan semua ini, tapi aku tidak percaya Finno akan melakukan
hal seperti itu.”
Jena khawatir melihat Vivin yang begitu keras kepala. “Apakah kamu sudah dibutakan oleh Finno? Vin, dengarkan aku. Semua
pria kaya itu sejatinya adalah pria yang angkuh, dan kamu tidak pernah dapat mengandalkan ataupun mempercayai mereka.”.